Saturday, January 31, 2009

Turki Kecam Keras Israel di Forum Ekonomi Dunia









Recep Tayyip Erdogan, PM Turki, sebelum meninggalkan plenary session on the Middle East Peace pada the Annual Meeting of the World Economic Forum (WEF) di Davos, Switzerland (29/1/2009) (AP Photo)

Obama Balas Surat Ahmadinejad

Obama akan segera membalas surat Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, demikian kutip Koran The Guardian
Hidayatullah.com--Pemerintah Presiden AS, Barack Hussein Obama, telah menyiapkan draft surat yang ditujukan kepada Republik Islam Iran. Press TV mengutip Koran The Guardian, edisi Kamis, melaporkan, "Draft surat itu disusun Kementerian Luar Negeri AS untuk menjawab surat ucapan selamat Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad atas kemenangan Obama dalam pemilu AS. Surat itu nantinya akan diserahkan ke pemerintah Iran."
Berdasarkan laporan tersebut, pemerintah Obama akan mengirimkan surat tersebut dengan menyertakan keinginan pemerintah baru AS untuk berdialog langsung dengan Republik Iran.
Koran The Guardian mengutip keterangan diplomat yang namanya enggan disebut, melaporkan, surat Obama ke pemerintah Iran akan dijadikan sebagai langkah simbolik yang mengesankan perubahan pemerintah AS.
Sebagaimana diketahui, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (52), Kamis, 6 November 2009, telah mengirim surat ucapan selamat kepada Barack Hussein Obama (47) atas kemenangannya dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS).
Ucapan selamat dengan menggunakan kertas itu baru kali pertama dilakukan pemimpin Iran kepada presiden terpilih AS setelah 29 tahun, sejak Revolusi Islam 1979.
Dalam suratnya, Ahmadinejad berharap "Obama akan menggunakan kesempatan yang sebaik-baiknya untuk melayani rakyat Amerika dan meninggalkan nama baik bagi sejarah."
Selama pemerintahan George Bush, AS sangat memusuhi Iran yang dituding sedang mengembangkan senjata nuklir. [irb/www.hidayatullah.com]

Ribuan Rakyat Turki Sambut Kepulangan Erdogan Bagai Pahlawan

Rakyat Turki sambut kepulangan Erdogan atas keberaniannya melawan kecongkakan Perez di Davos. Negara mana lagi akan meniru?



Hidayatullah.com--Jam menunjukkan pukul satu malam. Dini hari Jum'at (30/1) itu, udara musim dingin di kota Istanbul terasa sangat gigil. Namun, malam itu, di tengah udara yang menusuk kulit itu, ribuan rakyat Turki justru tampak memenuhi jalan-jalan kota Istanbul.

Sejak pukul sembilan malam, ribuan orang telah bergerak menuju bandara internasional Ataturk, Istanbul. Mereka tampak melambai-lambaikan kain berwarna merah, yang ditengahnya terlukis bintang terapit bulan sabit: bendera Turki. Sebagian yang lain lagi mengibarkan bendera Palestina. Mereka berteriak: "O, büyük bir lider", "Selamat datang pahlawan kami!", "Selamat Datang 'Penakluk' Davos!", "Ahlan wa Sahlan Pemimpin Baru Dunia!".

Di malam yang gigil itu, mereka bergerak berduyun-duyun untuk menyambut kedatangan Perdana Menteri mereka, "Khoja Haji" Rajab Thayyib Erdogan (Turki: Recep Tayep Erdogan), yang baru saja meninggalkan KTT Ekonomi Internasional Davos yang digelar di Swiss.

Sebagaimana diketahui, di forum internasional World Economic Forum (WEF) yang digelar pada Kamis (29/1) kemarin itu, Erdogan melakukan aksi walk out sebagai protes keras kepada forum yang tidak memberikannya waktu untuk memberikan tanggapan atas pernyataan Presiden Israel, Simon Perez.

Perez, yang duduk tepat di samping kiri Erdogan, berbicara sekitar setengah jam mengenai alasan dan "pembelaan diri" Israel yang menyerang Gaza. Perez menyatakan jika serangan “teror” yang terus dilakukan Hamas adalah penyebab utama kenapa Israel pada akhirnya memutuskan untuk menyerbu Gaza.

"Hamas terus menembakkan roket-roket ke pemukiman Israel. Sebab itulah pada akhirnya Israel memutuskan untuk menyerang Gaza, markas Hamas," ungkap Perez dengan nada berapi-api.

Saat mengemukakan pernyataannya, Perez berbicara dengan nada tinggi, juga beberapa kali menatap wajah dan mata PM Turki yang duduk tepat di samping kanannya.

Ketika giliran berbicara tiba pada Erdogan, PM Turki tersebut menanggapi pernyataan Peres dengan tanggapan yang tak kalah tegas, namun tetap dengan nada bicara yang kalem.

"Simon Perez ini sudah berusia tua, tetapi nada bicaranya tinggi. Saya tidak akan demikian, saya akan tetap berbicara dengan memakai etika," kata Erdogan.

"Masih jelas dalam ingatan saya, akan anak-anak kecil Gaza yang dibunuh Israel di tepi pantai. Saya masih ingat, berapa jumlah orang-orang yang Anda bunuh di Gaza," tambah Erdogan seraya menatap wajah Perez.

Erdogan pun kembali melanjutkan tanggapannya. Kali ini ia menujukan pernyataannya kepada peserta sidang. "Dan, kalian semua mengetahui dengan jelas perbuatan Israel yang dengan telah membantai nyawa anak-anak dan perempuan."

Namun, baru 10 menit Erdogan mengemukakan pernyataannya, moderator sidang segera memotong dan menyatakan jika waktu Erdogan telah habis. Erdogan pun segera bangkit dari duduknya, ia mengemasi kertas-kertasnya, lalu segera beranjak meninggalkan kursi sebagai bentuk protes.

"Terimakasih telah memberikan kesempatan berbicara kepada saya. Saya telah berbicara separuh waktu saja dari waktu yang kalian berikan untuk Perez," kata Erdogan dengan nada marah.

"Ya, saya putuskan untuk tidak akan menghadiri lagi KTT ini," pungkasnya seraya beranjak.

Selepas keluar dari ruangan sidang, Erdogan segera bertolak ke Istanbul. Sementara itu, di dalam negeri, warga Turki yang menyaksikan secara langsung kecaman dan sikap tegas Erdogan dari stasiun televisi pun segera pergi ke bandara untuk menyambut kepulangan perdana menteri mereka.

Televisi Aljazeera menyiarkan betapa antusiasnya ribuan warga Turki untuk menyambut kepulangan Erdogan. Dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, perempuan, hingga beberapa orang lanjut usia tampak memenuhi jalan-jalan Istanbul, juga pelataran bandara Ataturk.

Saat Erdogan tiba dan keluar dari pesawat, ribuan massa langsung menuju arahnya dan berebut untuk menyalaminya. Dini hari itu juga, di bandara Ataturk, Erdogan langsung menggelar jumpa pers.

Dalam jumpa persnya, Erdogan menyatakan jika sikap tegas yang diambil olehnya di KTT Davos adalah pertaruhan "harga diri" bangsa Turki.

"Saya bertanggung jawab atas martabat bangsa Turki. Dan saya tidak akan membiarkan seorang pun, di forum mana pun, untuk menjatuhkan martabat bangsa ini," ungkap Erdogan yang disambut tepuk riuh.

"Saya tidak sedang mengecam bangsa Yahudi atau Israel, tetapi yang saya kecam adalah perilaku politik pemerintahan Israel," ungkapnya.

Malam itu, apa yang telah dilakukan oleh Erdogan adalah sebuah perjuangan seorang pemimpin negara untuk membela martabat bangsanya, negaranya, agamanya, dan juga sudara seimannya, Palestina, sekalipun tidak satu madzhab, sekalipun tidak satu bangsa.

PM Turki itu menuding moderator tidak memberi kesempatan dia berbicara. dan dia mengatakan, Erdogan mengatakan, dia meninggalkan tempat debat bukan akibat ketidaksefahamannya dengan Peres, tapi akibat dia diberi waktu yang lebih pendek daripada presiden dari Negara penjajah itu.

Bagaimana dengan pemimpin negara-negara Arab, bagaimana juga dengan pemimpin Indonesia? [atj/hrt/jzr/alm/www.hidayatullah.com]

Thursday, January 29, 2009

BERITA DUNIA ISLAM

Semua berita dunia Islam adalah diambil dari Sumber di Jakarta. Semoga banyak manfaatnya untuk kita semua.

Blue Dog Coalition, Yahudi di Balik Obama


Blue Dog Coalition, 2009 ini genap berusia 14 tahun, telah berhasil membangun reputasi sebagai pemain serius dan penting dalam arena politik AS. Hanya dalam waktu kurang dari 15 tahun sejak dibentuk tahun 1995, Blue Dog Coalition telah menjadi pemegang semua keuangan yang dikeluarkan oleh negeri Paman Sam.

Kelompok ini beranggotakan 47 orang dari semua wilayah AS. Tidak sembarang menjadi anggota Blue Dog Coalition, karena selain harus menjadi anggota Parlemen AS, keanggotaan Blue Dog Coalition juga mewajibkan garis keturunanan. Artinya, seseorang yang menjadi anggota kelompok ini, ayah atau keluarganya yang senior juga harus sudah terlebih dahulu terdaftar sebagai anggota Blue Dog Coalition. Di antara anggota sekarang adalah Mike Arcuri , Joe Baca, John Barrow, Melissa Bean, Marion Berry, Sanford Bishop, Dan Boren, Leonard Boswell (IA-3), Allen Boyd, Dennis Cardoza, dll.

Pada awalnya, Blue Dog didirikan sebagai kelompok tandingan bagi Partai Republik yang selalu memilih anjing berwarna kuning dalam surat suara. Selama bertahun-tahun, Partai Republik yang sosialis sebelumnya menguasai pemilu AS. Pada pemilu 1994, kendali itu mulai diambil alih oleh Demokrat, yang merupakan kumpulan politisi Yahudi di AS.

Blue Dog Coalition terbentuk pada kongress anggota Demokrat yang ke-10 di Gedung Parlemen, dan merupakan instruksi langsung pembesar Yahudi. Mereka kemudian perlahan-lahan mengubah visi-misi Demokrat. Terobosan mereka yang terkenal adalah "Blue Pups" tahun 1998, 2000, 2002, 2004, dan 2006 yang langsung menumbangkan semua suara Republik yang pada tahun 1994 masih menjadi incumbent yang kuat.

Koalisi ini mengkhususkan diri dalam kebijakan fiskal dan keuangan AS, mengatur kemana arah pembelajaan AS setiap tahunnya. Salah satu pos terbesar mereka adalah menjalin kerjasama dengan berbagai koran harian dan majalah. Selama tiga kali pergantian presiden AS, mulai dari Bill Clinton, George W. Bush, sampai sekarang Barack Obama, kelompok Yahudi ini selalu mendapatkan tempat dan diberi keleluasaan. Hampir setiap presiden AS, termasuk Obama, tidak pernah berani mengutak-atik posisi Blue Dog Coalition.

Salah satu kejadian yang pernah membuat mata warga AS membelalak, dan terutama pengamat ekonomi asal negeri itu adalah ketika Blue Dog Coalition menyetujui Bush membuat pinjaman bank yang melebihi jumlah pinjaman yang telah dibuat oleh semua 42 presiden AS sepanjang sejarah sebelumnya. Departemen Keuangan AS mencatat pinjaman semua presiden AS yang lalu, dari tahun 1776 hinnga 2000 "hanya" sebanyak US$ 1,01 trilyun, sedangkan Bush, dalam masa empat tahun sebelum pensiun telah meminjam US$ 1,05 trilyun. Uang ini kemudian sebagian besar dialokasikan untuk biaya perang di Irak, Lebanon, Afghanistan dan yang terbaru di Gaza.

Selasa malam (28/01) Blue Dog Coalition telah berhasil membuat Obama mengeluarkan kebijakan fiskal sebesar US$ 819 trilyun sebagai rencana pemulihan ekonomi AS, yang naga-naganya dana ini akan kembali dialokasikan untuk penguatan Yahudi di AS dan dunia. (sa/berbagaisumber)

Muslim India: Beri Kami Keamanan

Ratusan Muslim India dari kota Azamgargh, sebelah utara wilayah Uttar Pradesh hari ini tiba ibukota, New Delhi dengan menggunakan kereta.

Mereka rencananya akan menggelar aksi unjuk rasa memprotes tindakan sewenang-wenang yang dilakukan aparat keamanan India terhadap warga Muslim di kota itu.

Menurut kordinator aksi, Maulana Amir Rashadi, para pemuda Muslim di Azamgarh menjadi target penangkapan aparat keamanan India baik polisi maupun intelejen, dengan tuduhan teroris. Selama dua tahun belakangan ini, aparat keamanan India menangkap 10 orang lelaki Muslim dari distrik Azamgarh karena dicurigai terlibat dalam berbagai kasus serangan di India.

Dalam aksi protes rasa di Delhi, para pengunjuk rasa membawa spanduk-spanduk yang antara lain bertuliskan, "ungkap kebenaran, bebaskan mereka yang tak bersalah dari penjara" dan "beri kami keamanan, bukan air mata dan darah." Selain berunjuk rasa, mereka juga menuntut bisa dipertemukan dengan menteri dalam negeri India untuk menyampaikan protes mereka.

Penangkapan sewenang-wenang yang dilakukan polisi India terhadap warga Muslim juga menjadi perhatian organisasi pemantau hak asasi manusia Human Right Watch. Bulan November kemarin, HRW dalam laporannya menyebutkan bahwa polisi di selatan Andhra Pradesh harus dituntut karena telah menyiksa warga Muslim yang ditangkap dan ditahan, setelah insiden ledakan bom di Hyderabad pada bulan Mei dan Agustus yang menewaskan 60 orang.

Setelah HRW merilis laporannya, pemerintah India akhirnya mengakui bahwa aparat keamanannya telah melakukan penyiksaan terhadap 21 orang tahanan Muslim dan memberikan kompensasi pada masing-masing korban sebesar 600 dollar. (ln/bbc)

Siapakah George Mitchell?


Di AS, nama George Mitchell identik dengan wilayah konflik. Lahir pada 20 Agustus 1933 di Waterville, Maine dari orang tua campuran Lebanon-Irlandia. Ayah Mitchell adalah keturunan Irlandia yang dibesarkan oleh keluarga asal Libanon, sedangkan ibu Mitchell adalah seorang imigran asal Libanon.

Keluarga Mitchell adalah keluarga yang sederhana. Untuk menghidupi lima anak, ayah Micthell bekerja sebagai juru kunci di Colby College dan ibunya bekerja malam hari di sebuah pabrik tekstil. Ketika masih remaja, Mitchell menjadi anak altar di gereja Katolik Maronit di Waterville, gereja yang memberikan layanan dalam bahasa Arab. Tak heran jika sampai beberapa tahun kemudian, Mitchell masih mengingat beberapa kata dalam bahasa Arab.

Sejak kecil, Mitchell sudah terbiasa mencari uang untuk membiayai sekolah hingga jenjang universitas. Ia mengambil sekolah hukum, kemudian bergabung dengan dinas militer AS dan bertugas sebagai agen konter intelejen di Berlin, Jerman.

Mitchell pernah memimpin Senat AS selama delapan tahun. Nama Mitchell mulai menjadi perhatian publik AS saat kasus Iran Kontra mencuat, ketika dalam sebuah dengar pendapat, Mitchell mengajari Letnan Kolonel Oliver L. North-anggota Korps Marinir AS yang terlibat kasus Iran Kontra-tentang patriotisme.

Selanjutnya, pada masa Presiden Bill Clinton, Mitchell ditawari jabatan untuk memimpin Mahkamah Agung. Namun Mitchell menolak dan lebih memilih pensiun. Sejak itu, Mitchell lebih banyak dilibatkan sebagai mediator dalam berbagai konflik. Ia juga pernah dilibatkan dalam penyelidikan kasus penggunaan steroid dan zat-zat berbahaya ang dilarang penggunaannya dalam olahraga, di tim-tim baseball Major League pada tahun 2006. Penemuan Mitchell membuat geger dan menghancurkan reputasi sejumlah pemain baseball terkenal pada masa itu.

Pada masa Presiden Bill Clinton Mitchell pula, Mitchell ditunjuk sebagai utusan AS untuk menyelesaikan konflik di Irlandia Utara. Mediasi yang dilakukan Mitchell membuahkan hasil berupa kesepakatan yang dikenal Good Friday. Kesepakatan itu pernah gagal setahun kemudian, tapi Mitchell mampu memulihkannya kembali. Untuk mendamaikan kelompok Katolik dan Kristen di Irlandia Utara, Mitchell hanya mengajak pimpinan kedua kelompok itu makan malam dan mengatakan pada mereka bahwa malam itu mereka akan membicarakan apa saja kecuali politik. Akhirnya Mitchell dan kedua pimpinan kelompok yang saling berseteru itu cuma membahas soal opera, kebetulan Mitchell sendiri sangat senang dengan opera. Keberhasilan Mitchell di Irlandia Utara mengantakannya menjadi nominator penerima hadiah Nobel perdamaian tahun 1998.

Setelah itu, tahun 2001 pada masa Presiden Goerge W. Bush , Mitchell ditunjuk untuk memimpin sebuah komisi internasional yang bertugas menyelidiki akar penyebab konflik Israel-Palestina. Dari hasil penyelidikan yang dipimpinnya, Mitchell merekomendasikan agar Israel menghentikan pembangunan pemukimannya dan Palestina harus bisa mencegah serangan yang dilakukan kelompok pejuangnya serta menghukum siapapun yang bertanggung jawab atas serangan yang dilakukan.

Kepiawaian Mitchell menjadi mediator, meski ia kerap melakukan tugasnya dengan cara rahasia, membuat Mitchell dikenal sebagai mediator yang memiliki reputasi baik dan bisa dipercaya oleh keduabelah pihak yang bertikai.

Sekarang, di masa pemerintahan Presiden Barack Obama, Mitchell kembali ditunjuk sebagai utusan AS untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina setelah agresi brutal yang dilakukan Israel ke Jalur Gaza. Mengomentari penunjukkannya, Mitchell mengakui bahwa tingkat kesulitan memediasi konflik Israel-Palestina cukup tinggi. Namun ia menyatakan yakin, berdasarkan pengalamannya di Irlandia Utara, "perdamaian, betapapun sulitnya, pasti bisa tercapai."

"Konflik itu diciptakan, dilakukan dan dipelihara oleh manusia, dan konflik hanya bisa diakhiri oleh manusia," tukas Mitchell.

Konflik memang hanya bisa dituntaskan oleh manusia, masalahnya, apakah penyelesaiannya bisa adil? Kita tunggu saja, apakah Mitchell mampu menyelesaikan konflik Israel-Palestina dengan fair dan tidak hanya menguntungkan pihak Israel mengingat Presiden Obama sudah menegaskan kebijakannya untuk melindungi Israel, apapun yang terjadi. (ln/bbc/NYT)

 
Copyright HIKMAH-BINTULU © 2008 Free Blogger Template By Cool Stuff Blog